Selasa, 21 Juni 2016

Persediaan

 PENGERTIAN PERSEDIAAN

Persediaan adalah barang yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual kembali atau
diproses kembali. Persediaan merupakan aset dan merupakan unsur aktiva lancar
dalam neraca. Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia, menyebutkan bahwa istilah
persediaan digunakan untuk menyatakan :
 Barang yang tersedia untuk dijual ( barang dagang/barang jadi )
 Barang yang masih dalam proses produksi untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam proses/pengolahan )
Barang yang akan digunakan untuk produksi barangbarang jadi yang akan dijual ( bahan baku dan bahan pembantu ) dalam kegiatan normal perusahaan.

Dalam perusahaan dagang, hanya ada satu klasifikasi persediaan, yaitu persediaan
barang dagangan. Barang dagangan ini diperoleh dari pemasok dan dijual kembali
kepada konsumen tanpa mengubah bentuknya. Dari hal ini maka persediaan
memiliki dua karakteristik yang penting, yaitu :
1.     Persediaan itu merupakan milik perusahaan
2.     Persediaan tersebut siap untuk dijual kepada para konsumen.
Dalam perusahaan manufaktur ( pengolahan atau pabrik ) terdapat tiga klasifikasi
sediaan yaitu ;
1.     Bahan Baku dan bahan pembantu, yaitu bahan yang dibeli dengan tujuan untuk
diproses lebih lanjut menjadi bahan jadi.
2.     Barang dalam proses, yaitu bahan yang sudah dimasukkan dalam suatu proses
produksi , tetapi belum selesai diolah.
3.     Barang jadi, adalah produk selesai yang dihasilkan dari suatu proses produksi
dan siap untuk dijual.

Persediaan barang, baik dalam perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur
merupakan unsur/komponen yang akan mempengaruhi neraca maupun Laporan
Laba Rugi. Oleh karena itu persediaan yang dimiliki perusahaan dalam satu periode
harus dapat dipisahkan mana yang sudah dibebankan sebagai biaya ( harga pokok
penjualan ) yang akan dilaporkan dalam laba rugi, maupun yang belum terjual yang
akan dilaporkan dalam Neraca.

PROSEDUR DAN METODE PENCATATAN
Untuk menentukan nilai persediaan barang pada akhir periode, yang harus
dilaporkan dalam neraca, atau menentukan besarnya harga pokok persediaan barang
yang telah dijula, atau telah digunakan, yang akan dilaporkan dalam Laporan rugi
laba, maka perlu diadakan perhitungan. Untuk menghitung nilai tersebut sebenarnya
tidak sulit, apabila harga pokok barang selama periode akuntansi tidak mengalami
perubahan. Namun kenyataan bahwa harga pokok barang selalu mengalami
perubahan, sehingga muncul pertanyaan, seberapa besar nilai persediaan akhir atau
harga pokok barang yang dijual/digunakan yang harus dilaporkan pada akhir
periode.
Ada beberapa sistem untuk mencatat harga pokok persediaan akhir suatu barang.
Sistem yang digunakan dalam hubungannya pencatatan persediaan ada dua yaitu :
1)     Sistem Fisik ( system Periodik )
2)     Sistem buku ( system perpetual/permanent )

1. Sistem Fisik ( physical/periodical system )
Pada system ini, Harga Pokok Penjualan ( cost of goods sold ) baru dihitung dan
dicatat pada akhir periode akuntansi. Cara yang dilakukan adalah dengan
menghitung kuantitas barang yang ada di gudang di setiap akhir periode,
kemudian mengalikanya dengan harga pokok per unitnya. Dengan cara ini maka
jumlahnya, baik pisik maupun harga pokoknya, tidak dapat diketahui setiap saat.
Konsekuensinya, jumlah barang yang hilang tidak dapat dideteksi oleh system
ini.
Pada sistem ini nilai persediaan barang harus dihitung berdasarkan persediaan
pisik yang ada di gudang atau stock opname. Hasil perhitungan pisik pada akhir
periode dibuat jurnal sebagai berikut :
Untuk persediaan awal
TANGGAL
KETERANGAN
REF
SALDO
DEBET
KREDIT
2009
Maret
31
Ikhtisar Laba Rugi
4.600.000
    Persediaan
 -
4.600.000

Untuk persediaan akhir :
TANGGAL
KETERANGAN
REF
SALDO
DEBET
KREDIT
2009
Maret
31
Persediaan
5.750.000
Ikhtisar Laba Rugi
 -
5.750.000

yang digunakan dalam system pisik ini adalah :
1. Persediaan barang dagangan atau sediaan.
2. Pembelian barang dagangan atau Pembelian
3. Biaya Angkut Pembelian
4. Potongan Pembelian
5. Retur Pembelian
6. Penjualan
7. Potongan Penjualan
8. Retur Penjulan
9. Harga Pokok Penjualan
Dalam sistem ini mutasi persediaan barang tidak dapat diketahui dalam bukubuku,
karena setiap pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian. Karena
tidak ada catatan mutasi persedian maka harga pokok penjualan juga tidak
dapat diketahui sewaktuwaktu.
Harga Pokok Penjualan baru dapat dihitung
apabila persediaan akhir sudah dihitung.
Perhitungan Harga Pokok Penjualan dilakukan sebagai berikut ;
Persediaan Barang ( awal )                  Rp……………….
Pembelian ( netto )                                Rp ………………
                                                                 -----------------------+
Barang tersedia untuk dijual                Rp ……………..
Persedian barang ( akhir )                    Rp……………….
                                                                 ----------------------(-)
Harga Pokok Penjualan                         Rp ……………….
Ada masalah yang timbul apabila digunakan sistem pisik, yaitu jika diinginkan
menyusun laporan keuangan jangka pendek ( interim ) misalnya laporan
bulanan, harus mengadakan perhitungan pisik terhadap persediaan yang ada.
Bila jumlah dan jenis barang dimiliki cukup banyak maka akan kegiatan ini akan
memakan waktu yang cukup lama, sehingga laporan keuangan juga akan
menjadi terlambat.

2. System Buku ( perpetual system )
Dalam system perpetual, perubahan jumlah persediaan ( fisik maupun rupiah )
dimonitor setiap saat. Caranya dengan menyediakan kartu persediaan untuk
setiap jenis persediaan. Kartu ini berfungsi sebagai buku pembantu persediaan
barang dan digunakan untuk mencatat mutasi persediaan setiap hari. Setiap
terjadi mutasi persediaan barang selalu dicatat dalam akun persediaan sehingga
jumlah persediaan sewaktuwaktu
dapat diketahui dengan melihat kolom saldo
akun persediaan.
Rekeningrekening
yang dipergunakan dalam system ini adalah :
a) Persediaan Barang dagangan atau sediaan
b) Penjualan
c) Potongan penjualan
d) Retur Penjualan
e) Harga Pokok Penjualan.
Secara teori pada akhir periode tidak perlu dibuat penyesuaian karena harga
penyesuaian persediaan sudah tercermin dalam akun persediaan. Akan tetapi
dalam kenyataannya nilai persediaan yang sebenarnya tidak selalu sama dengan
saldo akun. Jika hal ini terjadi perlu diadakan penyelidikan sebabsebabnya.
Selisih yang terjadi dipindahkan dari akun persediaan ke akun selisih persediaan.
Contoh soal :
Dalam bulan Januari 2007 PD Makmur Abadi memiliki data sebagai berikut :
Jan 5 Dibeli dari PT Perkasa 6 ton barang dagangan @ Rp 750.000,secara
Kredit
Jan 7 Dikembalikan pada PT Perkasa barang dagangan sebanyak ½ ton
yang telah dibeli karena mutunya tak sesuai dengan pesanan.
Jan 10 Dijual kepada PT Sejahtera 3 ton barang dagangan @ Rp 825.000
Jan 12 Diterima dari CV Sejahtera 2 kwintal barang dagangan yang dijual
karena rusak.
Dari data tersebut diminta mencatat transaksi dalam jurnal umum jika
perusahaan menggunakan sistem pisik dan sistem perpetual.
Jawab :
Sistem Fisik :
TANGGAL
KETERANGAN
DEBET
KREDIT
2006
5
Pembelian
Rp 4.500.000
JAN
   Utang Usaha
Rp 4.500.000
7
Utang Usaha
Rp 375.000
  Retur Pemb. Dan Pengur. Harga
Rp. 375.000
10
Piutang Usaha
Rp 2.475.000
  Penjualan
Rp 2.475.000
12
Retur Penjln dan Pengrn Harga
Rp 165.000
  Piutang Usaha
Rp 165.000

Sistem Perpetual :
TANGGAL
KETERANGAN
DEBET
KREDIT
2006
5
Persediaan Barang Dagangan
Rp 4.500.000
JAN
  Utang Usaha
Rp 4.500.000
7
Utang Usaha
Rp 375.000
  Persediaan Barang Dagangan
Rp 375.000
10
Piutang Usaha
Rp 2.475.000
  Penjualan
Rp 2.475.000
HPP
Rp 2.250.000
  Persediaan Barang Dagangan
Rp 2.250.000
12
Retur Pnjualan dan Pengrn Harga
Rp 165.000
  Piutang Usaha
Rp 165.000
Persediaan Barang Dagangan
Rp 150.000
  HPP
Rp 150.000
PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN SISTEM FISIK
Untuk menentukan nilai persediaan barang pada akhir periode menurut system pisik
adalah sebagai berikut :
1. Metode Tanda Pengenal Khusus
2. Metode RataRata
3. Metode MPKP ( FIFO )
4. Metode MTKP ( LIFO )
5. Metode Persediaan Dasar.
1. Metode Tanda Pengenal Khusus
Dalam metode tanda pengenal khusus ( specific identification ) setiap barang
yang dibeli atau yang masuk diberi kode / tanda pengenal yang menunjukkan
harga per satuan sesuai faktur yang diterima. Pada metode ini sudah jelas harga
per satuannya Dengan demikian untuk mengetahui jumlah atau nilai persediaan
pada akhir periode tinggal mengalikan jumlah barang yang masih ada dengan
harga yang tercantum dalam etikaet barang tersebut.
2. Metode RataRata
a. Metode RataRata
Sederhana
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah
harga beli per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan awal
dengan frekwensi pembelian dan persediaan awal periode.
b. Metode RataRata
Tertimbang
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah
harga barang yang tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal
ditambah jumlah pembelian dengan kuantitas barang tersebut.
3. Metode MPKP ( FIFO )
Dalam metode ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau
dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli
atau yang masuk belakangan. Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual)
dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli lebih dahulu, sesuai dengan
jumlah pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir barang
didasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah
unitnya.
4. Metode MPKP ( LIFO )
Dalam metode ini, barang yang terakhir masuk diaggap lebih dulu keluar atau
dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli
atau yang masuk lebih awal. Sehingga harga pokok barang yang terjual dihitung
berdasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir sesuai dengan jumlah
unitnya, atau nilai persediaan barnag didasarkan pada harga barang yang dibeli
pada awal, sesuai dengan jumlah unitnya.
5. Metode Persediaan Dasar ( Basic Stock )
Disebut juga sebagai persediaan besi, yakni persediaan minimum yang harus
dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga likuiditas perusahaannya. Dalam metode
ini keterlambatan masuknya barang yang disebabkan adanya kemacetan atau
sebabsebab
lain tidak mengganggu persediaan sehingga perusahaan masih
dapat melayani pelanggan atau pembeli.
Dalam metode ini persediaan akhir dihitung berdasarkan harga pokok yang
ditetapkan. Adapun selisih antara persediaan barang yang ada dengan
persediaan dasar dinilai dengan harga menurut metode yang dikehendaki (
Metode ratarata,
MPKP, MTKP, harga pasar dll ).
Contoh soal :
PT Amanah dalam bulan Maret 2006 mempunyai data mutasi persediaan
sebagai berikut :
Maret 1
Persediaan awal 300 kg @ Rp 800,=Rp 240.000
Maret 3
Pembelian 500 kg @ Rp 775,=Rp 387.500
Maret 5
Penjualan 350 kg
Maret 10
Pembelian 700 kg @ Rp 825,=Rp 577.500
Maret 15
Penjualan 300 kg
Maret 20
Penjualan 500 kg
Maret 25
Pembelian 200 kg @ Rp 850,=Rp 170.000
Berdasarkan data di atas hitunglah nilai persediaan pada tanggal 31 Maret jika
digunakan :
a. Metode identitas khusus, dengan persediaan masih ada berasarl dari pembelian 3
Maret 350 kg, dan tgl 25 Maret 200 kg
b. Metode ratarata
·         Metode Ratarata
Sederhana
·         Metode ratarata
tertimbang
c. Metode FIFO
d. Metode LIFO
e. Metode persediaan dasar jika ditetapkan persediaan dasar 200 kg dengan harga
Rp 800,kg
dan selisih antara kuantitas persediaan yang ada dengan persediaan
dasar dihitung berdasar harga ratarata
sederhana.
Jawab :
a. Metode Identifikasi khusus
Kuantitas persediaan     = 1.700 kg – 1.150 kg = 550 kg terdiri dari
Pembelian 3 Maret         = 350 x Rp 775 = Rp 271.250
Pembelian 25 Maret       = 200 x Rp 850  = Rp 170.00
Nilai Persediaan                                          Rp 441.250
b.Metode ratarata
·         Metode Ratarata
sederhana
Kuantitas akhir = 1.700 kg – 1.150 kg = 550 kg, frekwensi pembelian 4 kali
Harga ratarata   = Rp 800,+Rp 775,+Rp 825,+Rp 850
4
= Rp 812,50
Nilai Persediaan = 550 kg x Rp 812,50 = Rp 446.875
·         Metode ratarata
tertimbang
(300kg x Rp 800,+500kg x Rp 775,+700kg x Rp 825,+200kg x Rp 850)
300kg + 500kg+700kg + 200kg
= Rp 808,82
Nilai persediaan akhir 550 kg x Rp 808,82 = Rp 444.851
c.Metode FIFO
Persediaan akhir 550kg terdiri atas :
Pembelian 25 Maret       = 200 x Rp 850,=Rp 170.00
Pembelian 10 Maret       = 350 x Rp 825,=Rp 288.750
Nilai Persediaan akhir                               Rp 458.750
d.Metode LIFO
Persediaan awal            = 300 x Rp 800,=Rp 240.000
Pembelian 10 Maret       = 250 x Rp 775,=Rp 193.750
Nilai Persediaan akhir                               Rp 433.750
e. Metode Persediaan Dasar
Persediaan dasar                      = 200 x Rp 800,             =Rp 160.000
Harga ratarata sederhana           = 350 x Rp 812,50         =Rp 284.375
Nilai Persediaan akhir                                                       Rp 444.375
E. PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN SISTEM PERPETUAL
Dalam sistem perpetual setiap terjadi mutasi persediaan dicatat dalam akun
persediaan. Metode penilaian persediaan digunakan pada saat terjadi transaksi
penjualan, dengan membuat Kartu Persediaan Barang secara lengkap yang memuat
kuantitas, harga satuan, jumlah harga baik untuk lajur masuk, keluar, maupun sisa.
Kartu persediaan tersebut sebagai buku pembantu untuk tiap macam barang
digunakan atau yang dijual. Sehingga apabila perusahaan memiliki 15 jenis barang,
maka harus membuat Kartu Perseiaan barang sebanyak 15.
Format Kartu Persediaan adalah sebagai berikut :
UD MEGAH
KODE BARANG
Jln Kenari No 12B
KARTU PERSEDIAAN
NAMA BARANG
Yogyakarta
TGL
MASUK
KELUAR
PERSEDIAAN
UNIT
HARGA/UNIT
JUMLAH
UNIT
HARGA/UNIT
JUMLAH
UNIT
HARGA/UNIT
JUMLAH

Metode penilaian persediaan dalam pencatatan secara perpetual sebagai berikut :
1. Metode RataRata
bergerak ( Moving Average )
Dalam metode ini, harga beli ratarata
dihitung setiap terjadi transaksi
pembelian. Harga pokok penjualan per satuan didasarkan pada harga ratarata
pada saat terjadi transaksi penjualan.
2. Metode FIFO
Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal
juga. Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan harga pokok
dilakukan pada saat terjadi penjualan.
3. Metode LIFO
Pada metode ini barang yang terakhir dibeli dianggap dijual lebih dahulu. Harga
pokok dihitung pada saat terjadi penjualan.
Contoh Soal :
PT Padas Gempal menggunakan metode perpetual dalam mencatat persediaan
barang. Pada bulan Maret 2008 mempunyai data yang berhubungan dengan
persediaan barang dagang sebagai berikut :
Maret 1 Persediaan 4.000 unit @ Rp 800
Maret 4 Pembelian 3.000 unit @ Rp 850
Maret 7 Penjualan 5.000 unit
Maret 13 Pembelian 4.000 unit @ Rp 875
Maret 19 Penjualan 5.000 unit
Maret 22 Pembelian 2.000 unit @ Rp 900
Maret 26 Penjualan 2.500 unit
Maret 30 Pembelian 5.000 unit @ Rp 850,Berdasar
dari data tersebut di atas diminta menentukan nilai persediaan barang
dagang pada tanggal 31 Maret 2008 berdasarkan metode :
a. RataRata
Bergerak
b. FIFO
c. LIFO
Jawab
a. Metode Ratarata bergerak ( Moving Average )
PT PADAS GEMPAL
KODE BARANG
 MA 012
Jln. Jambu 24B
KARTU PERSEDIAAN
NAMA BARANG
 MAKANAN
Yogyakarta
TANGGAL
MASUK
KELUAR
PERSEDIAAN
UNIT
HARGA
JUMLAH
UNIT
HARGA
JUMLAH
UNIT
HARGA
JUMLAH
2006
1
4000
800
3200000
MARET
4
3000
850
2550000
7000
821,43
5750000
7
5000
821,43
4107150
2000
821,43
1642850
13
4000
875
3500000
6000
857,14
5142850
19
5000
857,14
4287700
1000
857,14
857150
22
2000
900
1800000
3000
885,72
2657150
26
2500
885,72
2214300
500
885,72
442850
30
5000
850
4250000
5500
853,26
4692850
b. Metode FIFO
PT PADAS GEMPAL
KODE BARANG
 MA 012
Jln. Jambu 24B
KARTU PERSEDIAAN
NAMA BARANG
 MAKANAN
Yogyakarta
TANGGAL
MASUK
KELUAR
PERSEDIAAN
UNIT
HARGA
JUMLAH
UNIT
HARGA
JUMLAH
UNIT
HARGA
JUMLAH
2006
1
4000
800
3200000
MARET
4
3000
850
2550000
4000
800
3200000
3000
850
2250000
7
4000
800
32000000
1000
850
850000
2000
850
1700000
13
4000
875
3500000
2000
850
1700000
4000
875
3500000
19
2000
850
1700000
3000
875
2625000
1000
875
875000
22
2000
900
1800000
1000
875
875000
2000
900
1800000
26
1000
875
875000
1500
900
1350000
500
900
450000
29
5000
850
4250000
500
900
450000
5000
850
4250000
4700000
c. Metode LIFO
PT PADAS GEMPAL
KODE BARANG
MA 012
Jln. Jambu 24B
KARTU PERSEDIAAN
NAMA BARANG
MAKANAN
Yogyakarta
TANGGAL
MASUK
KELUAR
PERSEDIAAN
UNIT
HARGA
JUMLAH
UNIT
HARGA
JUMLAH
UNIT
HARGA
JUMLAH
2006
1
4000
800
3200000
MARET
4
3000
850
2550000
4000
800
3200000
3000
850
2250000
7
3000
850
3250000
2000
800
1600000
2000
800
1600000
13
4000
875
3500000
2000
800
1600000
4000
875
3500000
19
4000
875
3500000
1000
850
850000
1000
800
800000
22
2000
900
1800000
1000
800
800000
2000
900
1800000
26
2000
900
1800000
500
800
400000
500
800
400000
29
5000
850
4250000
500
800
400000
5000
850
4250000
4650000

F. LATIHAN SOAL
1)     Catatan tentang barang dagangan yang dimiliki oleh PT Putra Jaya selama bulan Januari 2008 adalah sebagai berikut :
Jan 1 Persediaan 2.500 unit @ Rp 1.500
Jan 4 Pembelian 4.000 unit @ Rp 1.600
Jan 8 Pembelian 5.000 unit @ Rp 1.650
Jan 15 Pembelian 6.000 unit @ Rp 1.550
Jan 20 Pembelian 3.000 unit @ Rp 1.650
Jan 25 Pembelian 2.500 unit @ Rp 1.700
Jan 30 Pembelian 5.000 unit @ Rp 1.600
Berdasarkan inventarisasi secara fisik, persediaan barang dagangan pada tanggal
31 Januari 2008 sebanyak 8.000 unit.
Dari data tersebut hitunglah nilai persediaan akhir bila perusahaan menggunakan
metode pencatatan :
a. Metode tanda pengenal khusus jika 50% persediaan tersebut berasal dari
pembelian tanggal 30 Januari, 20% dari pembelian tanggal 25 Januari dan
selebihnya pembelian tanggal 15 Januari.
b. FIFO
c. LIFO
d. Ratarata
tertimbang.
2)     UD Amanah menggunakan sistem perpetual dalam pencatatan persediaan barang
dagangan. Selama bulan Februari 2009 melakukan transaksi sebagai berikut :
Febr. 1 Persediaan 1.500 unit @ Rp 7.000,Febr.
4 Pembelian 2.000 unit @ Rp 7.250,Febr.
8 Penjualan 1.000 unit
Febr. 13 Pembelian 3.000 unit @ Rp 7.500,Febr.
16 Penjualan 2.300 unit
Febr. 19 Penjualan 1.200 unit
Febr. 24 Pembelian 2.500 unit @ Rp 7.450,Febr.
27 Penjualan 1.800 unit.
Dari data tersebut di atas diminta menentukan nilai persediaan barang dagangan
pada tanggal 28 Februari 2009 jika menggunakan :
a. Metode FIFO
b. Metode LIFO
c. Metode Ratarata
bergerak

3)     PD Havara memiliki data pembelian dan penjualan selama bulan Mei 2008
sebagai berikut :
Mei 1 Persediaan awal 15 unit @ Rp 40.000,Mei
5 Penjualan 7 unit @ Rp 50.000,Mei
10 Pembelian 12 unit @ Rp 41.000,Mei
17 Penjualan 8 unit @ Rp 52.500,Mei
22 Penjualan 2 unit @ Rp 53.000,Mei
25 Pembelian 20 unit @ Rp 42.000,Mei
28 Penjualan 15 unit @ Rp 55.000,Mei
30 Pembelian 8 unit @ Rp 42.500,Hitunglah
besarnya penjualan, nilai persediaan per 31 Mei 2008, besarnya HPP
dan Laba Kotor bulan Mei 2008 bila PD Havara dalam menentukan HPP
menggunakan metode FIFO, LIFO dan metode ratarata.
4. PT Gobel Elektronic dalam bulan Januari 2009 melakukan transaksi barang jenis
BZ sebagai berikut :
Jan. 1 Persediaan awal 25 unit @ Rp 76.500,Jan.
4 Dibeli dengan kredit 30 unit barang @ Rp 78.000,Jan
8 Dijual tunai pada Toko Jaya 35 unit @ Rp 112.000,Jan
13 Dibeli per kas 60 unit barang @ Rp 80.000,Jan
18 Dijual secara kredit pada PD Abadi 50 unit @ Rp 115.000,Jan
20 Dibeli secara kredit 40 unit barang @ Rp 82.500,Jan
24 Dibeli secara tunai 45 unit barang @ Rp 85.000,Jan
28 Dijual secara kredit 65 unit @ Rp 120.000,PT
Gobel Electronic menggunakan metode balance permanen/perpectual
inventory system untuk mencatat persediaan barang dagangannya. Berdasar
data tersebut diminta :
a. Buatlah kartu persediaan jenis BZ, bila penetapan Harga Pokok dengan
metode LIFO
b. Hitunglah besarnya :
Ø Persediaan akhir per 31 Januari 2009
Ø Jumlah penjualan bulan Januari
Ø Harga Pokok Penjualan
Ø Laba Kotor.





6 komentar: